28 June 2016
Selasa, 28 Juni 2016 – Menjelang hari raya Idul Fitri, PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) kembali menyalurkan dana kompensasi kepada sebanyak 700an buruh tani dan petani penggarap terdampak PLTU Batang dari desa Karanggeneng, Ujungnegoro dan Ponowareng. BPI akan membayarkan dana kompensasi untuk dua periode yaitu bulan Juni dan Juli 2016 bertempat di Balai Desa Karanggeneng, selasa (28/6).
Mohammad Effendi Presiden Direktur PT BPI mengatakan sejak memulai proyek PLTU di Batang pada tahun 2011, BPI bersama Pemerintah Daerah Batang secara aktif mensosialisasikan manfaat atas keberadaan PLTU yang menggunakan teknologi Ultra Super Critical ini.
“PLTU Jawa Tengah diharapkan akan memberikan manfaat yang sangat besar dan berdimensi luas. Beroperasinya PLTU ini akan mendukung pasokan energi nasional, mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan investasi khususnya di Batang dan Jawa Tengah,” jelas Effendi (28/6).
Sesuai Amdal, BPI memiliki sejumlah program pengelolaan dampak aktivitas PLTU Jawa Tengah. Selain rutin menyalurkan dana kompensasi sosial, BPI melaksanakan program pemberdayaan untuk pengembangan masyarakat yang berkelanjutan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan alternatif bantuan atas perubahan pola mata pencarian setelah PLTU dibangun.
Effendi mengatakan, BPI akan segera menyerahkan lahan yang dapat digarap oleh para petani dan buruh tani terdampak tersebut. Lokasi lahan pengganti berada tidak jauh dari lokasi lahan PLTU Batang. Sampai saat ini sosialisasi terkait lahan pengganti ini terus dilakukan secara intensif.
“Kepada nelayan terdampak, kami juga memberikan solusi berupa pemasangan rumpon dan alat bantu navigasi pelayaran yang bermanfaat bagi para nelayan,” katanya.
Pada 6 Juni 2016 BPI telah melakukan finansial close atau kesepakatan pembiayaan proyek dengan para kreditur senilai US$ 3,4 miliar. Dengan terlaksananya finansial close tersebut pembangunan PLTU Batang tidak lagi mengalami kendala, mengingat proses pembebasan lahan juga telah selesai.
“Kami bersyukur telah mendapat dukungan yang luarbiasa dari Pemerintah Pusat, Daerah, PLN serta masyarakat agar PLTU ini dapat segera beroperasi. Komitmen kami adalah mewujudkan harapan itu sesuai target,” imbuh Effendi.
Terkait dengan pembangunan mega proyek PLTU pertama yang memiliki skema proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), Yoyok Riyo Sudibyo Bupati Batang mengungkapkan ajakannya kepada putra daerah Batang yang tengah merantau untuk kembali dan bersama-sama membangun desa.
“Sejak awal, BPI telah menyerap tenaga kerja lokal untuk mendukung kegiatan proyek pembangunan. Mari kita sama-sama ikut ambil bagian karena Batang akan menjadi pusat energi terbesar di Asia,” tutup Yoyok.
***
Tentang PT Bhimasena Power Indonesia
PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) merupakan konsorsium Electric Power Development Co., Ltd. (“J-Power”), Itochu Corporation (“Itochu”) dan PT Adaro Power, yang seluruhnya dimiliki PT Adaro Energy.
PLTU Jawa Tengah 2 x 1.000 MW merupakan proyek infrastruktur pertama kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dengan menerapkan skema Build, Own, Operate, Transfer (BOOT). Proyek ini menjadi bagian dari Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia yang akan menjadi lokomotif dalam perkembangan ekonomi Jawa. PLTU Jawa Tengah 2 x 1.000 MW akan menggunakan teknologi terkini yang lebih ramah lingkungan dan efisien, Ultra Super Critical.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar